PEREGERAKAN NASIONAL


1. Budi Utomo

Budi Utomo yang merupakan organisasi modern pertama di Indonesia sebenarnya berawal dari ide dr. Wahidin Sudirohusodo untuk mendirikan studifonds guna menghimpun dana untuk memberikan beasiswa bagi pelajar yang tidak mampu tapi berpotensi. Dalam perkembangannya, ide itu berubah menjadi pendirian sebuah organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 di gedung STOVIA. Tujuan organisasi Budi Utomo pada awal berdirinya adalah “kemajuan yang harmonis untuk nusa dan bangsa serta Madura

Tujuan tersebut akan dicapai dengan usaha-usaha sebagai berikut:
1. Memajukan pengajaran,
2. Memajukan pertanian, peternakan, dan perdagangan,
3. Memajukan teknik dan industri,
4. Menghidupkan kembali kebudayaan.

Dengan melihat tujuan yang akan dilakukan, menunjukkan bahwa Budi Utomo bukanlah organisasi politik.. Hal ini lebih dipertegas lagi dari hasil kongres I Budi Utomo (Oktober 1908) yang menghasilkan:
1. Budi Utomo tidak melakukan kegiatan politik.
2. Kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada pendidikan dan kebudayaan.
3. Ruang gerak Budi Utomo terbatas untuk Jawa dan Madura
4. Memilih RT. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, Kebumen sebagai ketua, dan
pusat Budi Utomo di Jogjakarta.

Cita-cita dan pandangan secara bertahap terarah ke bidang politik setelah berdirinya Serikat Islam dan Indische Partij. Sebagai bukti keterlibatan Budi Utmo dalam bidang politik, tampak ketika pada tanggal 5 - 6 Agustus 1915 di Bandung Budi Utomo menetapkan sebuah mosi yang menegaskan perlunya milisi (wajib militer) bagi bangsa Indonesia, karena adanya peristiwa Perang Dunia I. Selain itu, pada bulan Juli 1917 Budi Utomo membentuk Komite Nasional dalam rangka pemilihan anggota Voskraad. Meskipun demikian, secara umum gerak Budi Utomo sangat lamban, barulah pada sekitar tahun 1930 Budi Utomo terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Sarekat Islam

Adanya monopoli dari para pedagang Cina terhadap bahan-bahan batik di Solo, menyebabkan keprihatinan bagi para pedagang. Dengan dipelopori oleh H. Samanhudi, maka didirikanlah sebuah organisasi pedagang yang bisa mengimbangi kekuatan pedagang Cina.

Organisasi itu diberi nama Sarekat Dagang Islam yang didasari :
1. agama, yaitu agama Islam
2. ekonomi yaitu untuk memperkuat diri dari pandangan Cina.

Dengan masuknya, HOS. Cokroaminoto , maka Sarekat Dagang Islam kemudian diubah menjadi Sarekat Islam, dengan tujuan agar anggotanya tidak hanya para pedagang, tetapi rakyat semua bisa masuk, kecuali pegawai negeri. hal ini menunjukkan bahwa semangat kebangsaan tokoh-tokoh Sarekat Dagang Islam lebih mengedepan dalam menentukan corak organisasinya.

Tujuan Sarekat Islam adalah :
• 1. Memajukan perdagangan
• 2. Membantu para anggotanya yang mengalamikesulitan terutama masalah permodalan
• 3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajad rakyat
• 4. Memajukan kehidupan agama Islam

Dalam perkembangannya, Sarekat Islam berubah sebagai organisasi yang besar tentu saja ini sangat menghawatirkan pemerintah Belanda. Maka pemerintah Belanda mulai mengadakan pembatasan terhadap gerak SI, misalnya penolakan pemerintah akan status badan hukum.

Adanya penolakan ini tentu saja berpengaruh terhadap perkembangan SI selanjutnya. Hal ini tampak pada semakin beraninya SI mengkritik pemerintah Belanda terutama praktik kolonialisme Belanda yang menyengsarakan rakyat. Dengan adanya sikap ini, berarti SI mulai berjuang ke arah politik.
Seiring dengan tumbuh berkembangnya organisasi pergerakan di Indonesia, maka dalam SI ada perpecahan yaitu setelah adanya anggota SI yang merangkap di organisasi yang lain, seperti ISDV. Dengan adanya infiltrasi komunis ke tubuh SI melalui

3. Indische Partij ( IP )

Organisasi yang secara tegas menyatakan bahwa bergerak dalam politik adalah Indische Partij yang didirikan oleh Tiga Serangkai yaitu :
- E.F.E Douwes Dekker (Danudirjo Setyobudi)/Multatuli
- Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantoro)
- Cipto Mangunkusumo

Didirikan pada 25 Desember 1912 dengan tujuan adalah mempersatukan semua India sebagai persiapan menuju kehidupan bangsa yang merdeka IP berdiri atas dasar nasionalisme yang luas dan menentang politik kolonial Belanda, maka IP bersifat nonkooperasi.

Cita-cita IP disebarluaskan melalui surat kabar “De Express”, sedangkan program kerja IP adalah :
- Mempersiapkan cita-cita kesatuan nasional pergerakan,
- Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan,
- Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antar agama yang satu dengan yang lain,
- Memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan,
- Berusaha mendapat persamaan hak bagi semua orang Hindia,
- Dalam hal pengajaran dan ekonomi, harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia dan
memperkuat mereka yang ekonominya lemah.

Dengan menyatakan diri sebagai organisasi politik, maka pemerintah Belanda kemudian melarang partai itu. Meskipun IP dibubarkan, semangat dari para pemimpinnya tidak pernah luntur, yaitu tampak dari keberanian Suwardi Suryaningrat yang menulis buku Seandainya Saya Orang Belanda yang berisi sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Demikian juga dengan Douwes Dekker yang menyatakan bahwa pemerintahan jajahan adalah bukan pemerintah, tetapi kelaliman yang merupakan musuh rakyat yang paling berbahaya. Karena kegiatan dari tokoh IP dirasa membahayakan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin IP dijatuhi hukuman buang/pengasingan dan mereka memilih negara Belanda.

4. Muhammadiyah

Organisasi ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 18 Nopember 1912 dengan tujuan :
– 1. Memajukan pengajaran dan pendidikan berdasarkan agama Islam,
– 2. Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut peraturan
agama Islam yang diselaraskan dengan kehidupan modern.

Untuk mencapai tujuan itu maka dilakukan melalui cara :
- 1. Mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah berdasarkan agama Islam,
- 2. Mendirikan dan memelihara masjid, langgar, poliklinik, dan rumah yatim dan kegiatan social
- 3. Menyebarluaskan ketentuan-ketentuan dalam agama Islam.

Dengan melihat kegiatannya, maka tampaklah bahwa Muhammaditah bukan organisasi politik. Hal inilah yang mempengaruhi perkembangan Muhammadiyah, meskipun pada awal-awal tahun perkembangannya kaum nasional kurang tertarik dengan Muhammadiyah karena tidak mau terjun ke dunia politik dan mau menerima bantuan dari Belanda.

5. P K I

Paham sosialis komunis yang ada di Indonesia dibawa oleh Sneevlit, Branstheder dan Drekker, yang diwujudkan dengan membentuk ISDV (Indische Social Demokratische Vereniging) pada 9 Mei 1914. Tujuannya adalah menyebarluaskan paham sosial demokratis dengan usaha yang dilakukan adalah berusaha mendekati rakyat dengan cara menjalin hubungan dengan SI dan IP, dan ternyata kurang berhasil karena perbedaan paham. Maka ditempuhlah strategi yang lain yaitu menarik simpati golongan nasionalis, dengan cara mengubah nama menjadi Perserikatan Komunis yang diketuai Semaun.
Langkah selanjutnya adalah bekerjasama dengan orang-orang Belanda yang sehaluan, bahkan menjalin hubungan dengan paham komunis di luar negeri. Inilah yang membuktikan bahwa PKI merupakan organisasi/partai massa yang sifatnya internasional.

Berhubung strategi yang digunakan kurang berhasil menarik simpati rakyat Indonesia, maka PKI kemudian mencoba mengadakan infiltrasi ke organisasi yang ada, seperti ke SI maupun ke golongan buruh yang ekonominya lemah. Perjuangan kelas (perbaikan nasib) merupakan salah satu taktik PKI, dengan cara mengadakan pemogokan-pemogokan di perusahaan. Puncak kegiatan PKI adalah Pemberontakan November 1926 di Jakarta, terus di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, bahkan di Sumatera 1927.

6. Gerakan Pemuda

Organisasi pemuda yang pertama kali didirikan adalah Tri Koro Dharmo pada 7 Maret 1915 di Jakarta oleh Satiman Wiryo Sanjoyo, Kadarman dan Sunardi.
Tri Koro Dharmo mengandung maksud “Tiga Tujuan Mulia” yaitu sakti, budhi, dan bhakti.
Sedangkan asasnya adalah :
- 1. Menimbulkan pertalian antara murid-murid Bumi Putera pada sekolah menengah, kursus perguruan, sekolah guru, sekolah kejuruan.
- 2. Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya
- 3. Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan budaya Indonesia,
khususnya Jawa.

Karena sifatnya Jawa sentris dan agar tidak menimbulkan perpecahan, maka namanya diubah menjadi Jong Java. Organisasi ini pada awalnya bukan organisasi politik, tetapi dengan masuknya H. Agus Salim dari SI, maka Jong Java mencoba berubah haluan ke politik dengan cara mendirikan Jong Islamiten Bond 1924.

Pada kongres 1928 Jong Java menyetujui diadakannya fusi (penggabungan) dengan organisasi pemuda lainnya yang diberi nama Indonesia Muda.
Selain Jong Java maka bermuncullah organisasi pemuda yang lain misalnya : Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Indonesia (Pemuda Indonesia).
Puncak perjuangan pemuda yaitu dengan menyelenggarakan Kongres Pemuda I dan II yang menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda.

7. Taman Siswa

Politik Etis, khususnya bidang pendidikan, ternyata tidak memberi peluang bagi hubungan jiwa yang bebas terutama kesempatan untuk bereaksi secara kreatif. Dengan adanya hal yang demikian, maka timbullah keinginan untuk melaksanakan pendidikan sendiri, yang sesuai dengan cita-cita bangsa dijiwai oleh Ki Hajar Dewantoro di Yogyakarta 3 Juli 1922 dengan tujuan : mewujudkan masyarakat yang “tata tentrem tertib damai” dengan asas Panca darma yaitu :
1. Dasar kodrat alam
2. Dasar kemerdekaan
3. Kebudayaan
4. Dasar kebangsaan dan kerakyatan
5. Kemanusiaan
Sistem yang dipakai adalah “among” dengan pola belajar asah, asih, asuh. Sedangkan pola kepemimpinan adalah Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani.
Melalui Taman Siswa inilah, tercetaklah kader-kader nasionalis yang siap mencapai tujuan mulia bangsa.

8. Nahdlatul Ulama

Latar belakang berdirinya Nahdlatul Ulama
a. Antisipasi dari para kyai dan santri atas perkembangan gerakan modernisasi dalam Islam
Muhammadiyah.
b. Antisipasi untuk menjaga kemurnian dan keluhuran dari kemurnian ajaran Islam. Waktu itu
Belanda berusaha meruntuhkan potensi Islam.
c. Sebagai upaya para ulama untuk meneruskan perjuangan mencapai kemerdekaan.
d. Sebagai upaya para ulama untuk memelihara ketentraman dan ketenangan bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam.

Waktu pendirian dan keanggotaan
NU didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 di Kertopaten, Surabaya. Tokoh pendirinya adalah : KH. Hasyim Asyari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri, KH. Mas Ali, KH. Ridwan. Keanggotaan : para ulama, santri yang berada di lingkungan pondok pesantren sebagai basisnya di daerah-daerah yang menjadi penyebaran Islam oleh Walisongo.

Tujuan dan program Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama didirikan untuk mewujudkan insan masyarakat yang takwa, cerdas, terampil, berakhlak mulia, adil sejahtera. Secara umum tujuan Nahdlatul Ulama bisa disimpulkan yaitu : berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah untuk mencapai tujuan maka ditetapkan program sebagai berikut :
a. Dakwah Islam
b. Pendidikan dan pengajian baik formal maupun nonformal
c. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat

9. Gerakan Wanita

RA Kartini (21 April 1879 - 1904) dianggap pelopor pergerakan wanita Indonesia. Beliau wanita Indonesia pertama yang mempunyai cita-cita untuk memajukan kaumnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Kurangnya pendidikan dan pengajaran kaum wanita diperlakukan tidak adil. Hal itu ditunjukkan oleh adat kebiasaan yang ada :
1. Adanya kawin paksa
2. Adanya polygami
3. Adanya masa pingitan bagi gadis-gadis
4. Kaum pria mempunyai hak terbatas dalam perkawinan

Adat kebiasaan tersebut ditentang oleh kaum wanita yang mempunyai pikiran maju. Pergerakan wanita bersifat sosial yang bertujuan :
1. Keluar : berusaha memperoleh persamaan hak setaraf dengan kaum pria.
2. Kedalam : berusaha menciptakan kemampuan kaum wanita sendiri sebagai ibu dan pemegang
kendali rumah tangga.

10. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Pada tanggal 4 Juni 927 PNI didirikan di Bandung oleh : Ir. Sukarno, R. Sunaryo.
PNI merupakan organisasi terbuka untuk seluruh bangsa Indonesia
Dasar perjuangannya : Marhaenisme (sosio nasionalisme dan sosio demokrasi)
Sejak PNI berdiri telah bergerak dalam bidang politik
tujuannya :
- untuk mencapai Indonesia merdeka, sedang sikapnya noncooperation.
Atas inisiatif PNI pada tahun 1927 terbentuk PPKI. Anggota PPKI meliputi : PNI, PSI, BU, kaum
Betawi, Pasundan.

Perkembangan PNI yang pesat dengan sikap nyata-nyata menentang kolonialisme imperialisme
sangat menakutkan Belanda. Pada tahun 1929 tokoh-tokohnya ditangkap dan dipenjarakan atas
tuduhan melancarkan pemberontakan.
Mr. Sartono mengambil alih pimpinan tahun 1931 PNI dibubarkan mereka yang menyetujui pembubaran tersebut membentuk partai politik baru dinamakan Partindo, mereka yang tidak menyetujui membentuk partai politik dinamakan PNI Baru.

11. Gerakan Buruh

Pada awal abad ke-20 sudah banyak kaum buruh, nasib mereka tidak menguntungkan, hidup mereka menderita, dalam rangka memperbaiki nasibnya, kaum buruh merasa senasib sepenanggungan, mereka berjuang untuk menuntut beberapa hal : soal jam kerja dan kenaikan upah, untuk memperjuangkan nasibnya mereka membentuk organisasi buruh. Organisasi buruh yang berdiri pada saat itu adalah :
1. Saat Spoorwegen Bond (55 Bond) tahun 1905, serekat buruh perusahaan kereta api.
2. Vereninging Van Spoor Entranweg Persneel (VSTP) tahun 1908. Organisasi ini banyak
memperoleh pengaruh dari ISDV dan berhaluan kiri.
3. Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB) tahun 1916. Oraganisasi ini berada di bawah
pengurus SI.
4. Bergerilya Openbare Weeken : DPU (BOW) tahun 1916.
5. Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB) tahun 1919 persatuan kaum buruh yang ada dalam
satu federasi yaitu PPKB.

12. Perhimpunan Indonesia

Perhimpunan Indonesia merupakan penjelmaan perkumpulan pelajar Indonesia di negeri Belanda yang bernama: Indiche Vereniging” yang didirikan tahun 1908. Tahun 1922 berubah menjadi Indonesische Vereniging, 1923 menjadi Perhimpunan Indonesia, yang berazas bahwa Indonesia akan membentuk suatu pemerintahan yang bertanggungjawab kepada rakyat. Dalam perjuangannya PI memegang tugas bahwa nasionalisme yang radikal akan dapat menjadi subjek yang ampuh bagi bangsa yang dijajah.

Tujuan PI adalah : kemerdekaan Indonesia, dengan menggunakan sarana majalah Indonesia Merdeka.
Sedangkan usaha yang dilakukan untuk menyebarluaskan dan mempropagandakan dasar-dasar PI, yaitu dengan menjalin hubungan dengan pergerakan nasional yang ada di Indonesia dan hubungan dengan organisasi internasional, anatra lain :
1. Turut dalam kegiatan Kominten dan Association Pour Etude des Civilisations di Paris 1925.
2. Turut dalam Liga Penentang Imperalis.
3. Mengikuti Konggres dalam rangka mencari dukungan perjuangan Indonesia antara lain :
a. Kongres Demokrasi untuk perdamaian tahun 1926 di Paris
b. Kongres Liga melawan imperalisme dan penindasan penjajah di Brusel
c. Kongres Wanita Internasional di Swis 1927

Akibat dari kegiatan tersebut, tokoh PI seperti Ali Sastroamijoyo, M. Natsir Pamuncak, Abdul Masjid Djoyodiningrat, dan M. Hatta ditangkap dan dihukum karena dianggap menghasut rakyat untuk melawan Belanda.

Pergerakan PI menjadi semakin jelas arah dan tujuannya yang menunjukkan perkembangan ideology PI yaitu persatuan dan kesatuan yang menjadi manifesto politik pergerakan nasional yang menyangkut :
1. Persatuan dan kesatuan
2. Demokrasi
3. Swadaya

13. PPPKI (P3KI) Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia.

A. Latar Belakang
Ada beberapa faktor yang mendorong organisasi-organisasi pergerakan harus menggalang persatuan dan kesatuan, yaitu :
1. Krisis ekonomi 1929/1930
• Krisis ekonomi (malaise) yang terjadi di Eropa dan Amerika berpengaruh terhadap kondisi Indonesia yaitu makin banyaknya pengangguran di Indonesia akibat banyaknya perubahan proyek.
2. Sikap dan kebijakan Pemerintah kolonial Belanda yang keras dan kaku untuk menjaga ketertiban dan keamanan, maka pemerintah Belanda mulai bersikap keras keras dan lugas, misalnya diberlakukannya pembatasan terhadap aktivitas pergerakan nasional.
3. Tokoh terkemuka pergerakan nasional ditangkap dan diasingkan, adanya penangkapan para tokoh pergerakan nasional Indonesia, memaksa organisasi-organisasi pergerakan nasional mengambil sikap kooperasi dengan pemerintah Belanda, dan juga adanya usaha untuk menggalang persatuan antar organisasi yang ada.

Dengan dipelopori oleh Ir. Soekarno, pada tanggal 17 Desember 1927 diadakan rapat di Bandung yang dihadiri PNI, PSI, BU, PPKI, mereka sepakat membentuk federasi PPPKI dengan tujuan :
• 1. Mencegah perselisihan antara partai/organisasi;
• 2. Menyatukan arah dan beraksi dalam perjuangan ke kemerdekaan Indonesia;
• 3. Mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia dengan lambangnya Sang merah Putih, lagu Indonesia Raya, bahasa Indonesia.
• Pada awal berdirinya P3KI, badan ini kelihatan mantap. Barulah setelah Kongres di Solo 1929, mulai ada keretakan yaitu :
• 1. terjadinya penangkapan atas Soekarno dan kawan-kawan;
• 2. berkembangnya isu kooperasi dan non kooperasi;
• 3. hak suara
• 4. perbedaan nasionalis agama dan nasionalis sekuler.

14. Kongres Pemuda

a. Kongres Pemuda I
Perkembangan situasi di tanah air, semakin mempengaruhi keinginan organisasi kepemudaan untuk menyatukan diri, yang ditindak lanjuti dengan diadakannya pertemuam organisasi pemuda pada 15 Nopember 1925 yang dihadiri Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Pelajar-pelajar Minahasa, Sekar Rukun, dan lain-lain. Hasilnya adalah akan diadakan konggres. Pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 diadakanlah Kongres Pemuda I diketuai oleh M. Tabrani.

Tujuan :
1.Memajukan faham persatuan kebangsaan
2.Mempererat hubungan antara semua perkumpulan pemuda

Kongres Pemuda I ini tidak lepas dari peranan PPPI yang menginginkan penggabungan perkumpulan pemuda dalam satu badan. Hal ini semakin mantap dengan datangnya tokoh PI. Demikian juga dengan berdirinya Jong Indonesia di Bandung oleh Sukarno, yang dalam kongresnya28 Desember 1927. Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) menyetujui dibentuknya fusi.

b. Kongres Pemuda II
Sesuai dengan usul P3I tentang Kongres Pemuda, maka dibentuklah panitia kongres yang diketuai oleh Sugondo Djoyopuspito.
Kongres dilaksanakan 27-28 Oktober 1928.

1. Rapat I
• Sabtu dibuka oleh Sugondo Joyopuspito.
• Dalam rapat ini, M. Yamin menyampaikan tentang Persatuan dan kebangsaan Indonesia. Menurutnya, ada 5 faktor persatuan sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, keamanan.

2. Rapat II
• Minggu, 28 Oktober 1928 di Java Oast Bioscoop K.

3. Rapat III
• 28 Oktober 1928 malam hari di Indonesich Club HUIS, Kramat Raya 106. Dalam rapat ini tampil Sunario SH yang berceramah tentang Pergerakan Pemuda dan Persatuan Bangsa. Juga, saat istiadat, WR. Supratman menyanyikan lagu Indonesia Raya.
• Pada puncak acara kongres ini, diikrarkanlah putusan kongres yang merupakan rumusan : M. Yamin, yang dikenal dengan Sumpah Pemuda

15. PARINDRA (1935)

- Kelompok studi Indonesia yang dipimpin dr. Sutomo mempunyai sifat yang moderat dan mulai tahun 1930 diganti dengan PBI ( Persatuan Bangsa Indonesia) dengan tujuan mencapai Indonesia merdeka dengan cara menyempurnakan derajad bangsa dan tanah air, berdasarkan kebangsaan Indonesia. Kegiatan dalam bidang pertanian diwujudkan dengan cara membentuk Rukun Tani.

- Sesuai dengan kondisi politik saat itu, antara PBI dan BU terjadi hubungan yang sangat erat dan pada 25 Desember 1935 terjadi fusi antara PBI dan BU menjelma menjadi Parindra yang didalamnya ada Sarekat Sumatra, Sarekat Celebes, Sarekat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi.

-Tujuan : mencapai Indonesia mulia dan sempurna.
Untuk mencapai tujuannya, Parindra melakukan kegiatan dalam bidang politik, ekonomi, sosial.
Sifat Parindra sesuai dengan Kongres I (1 Mei 1937) dan II (24 - 27 Desember 1938) adalah kooperasi.

- Petisi Sutarjo (1936)

Adanya kesulitan dalam sikap nonkooperasi, menimbulkan gagasan bagi Sutarjo Kartohadi kusumo, seorang Dewan Rakyat, mengajukan usul kepada pemerintah Belanda 15 Juli 1936. Usul itu yang kemudian disebut Petisi Sutarjo
Berisi permohonan agar diselenggarakan musyawarah antara wakil Indonesia dan Belanda yang punya hak sama. Dengan tujuan, pemberian otonomi kepada Indonesia yang mana pelaksanaannya diatur dalam waktu sepuluh tahun, dengan beberapa perubahan :
1. Pulau Jawa dijadikan propinsi, sedang yang lain diberi otonomi;
2. Sifat dualisme dalam pemerintah di daerah harus dihapus;
3. Voolksraad dijadikan parlemen yang sesungguhnya;
4. Dibentuk dewan kerajaan;
5. Penduduk Indonesia adalah orang yang lahir, asal-usul dan cita-citanya untuk Indonesia;

Petisi Sutarjo sekolah melalui perdebatan dan pembahasan yang ketat, akhirnya ditolak oleh Ratu Belanda, dengan alasan Indonesia belum siap untuk memikul tanggung jawab dan memerintah sendiri.

16. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)

Perkembangan organisasi Islam di Indonesia yang beraneka ragam, dalam menyikapi kondisi yang ada akhirnya membuahkan gagasan untuk menyatukan semua organisasi dalam satu wadah yang mempunyai tujuan yang sama. Maka, melalui beberapa kali musyawarah, akhirnya disepakatilah dibentuk suatu majelis yang diberi nama DDI (Djami’ul Djami’at Al Islam) artinya Perkumpulan-perkumpulan Islam, yang kemudian berdasarkan pertemuan pada tahun 1937, DDI diganti menjadi Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI).

Tujuan MIAI :
1. mempererat hubungan di antara perhimpunan-perhimpunan Islam di Indonesia
2. menyatukan suara untuk membela kehormatan Islam
3. merapatkan hubungan antara kaum muslimin Indonesia dengan umat Islam di luar negeri.

Melalui propaganda dan kegiatan dakwah, MIAI berusaha menyadarkan masyarakat (Islam) bahwa budaya Belanda dengan penjajahannya tidak sesuai dengan ajaran Islam. MIAI juga menentang UU milisi militer.

17. GAPI (1939)

GAPI (Gabungan Politik Indonesia) adalah suatu bentuk federasi dari berbagai organisasi politik (Parindra, Gerindo, Pasundan, Persatuan Minahasa, PII, Partai Katolik Indonesia, PSII).
Faktor-faktor yang mendorong dibentuknya GAPI :
1. gagalnya Petisi Sutarjo;
2. kegentingan internasional akibat timbulnya fasisme;
3. sikap pemerintah yang kurang memperhatikan kepentingan bangsa Indonesia.

Tujuan GAPI : membentuk badan persatuan dan menjalankan aksi bersama guna memperjuangkan kepentingan rakyat.

Hal-hal yang diperjuangkan GAPI :
1. pelaksanaan The Right of Self Determination;
2. persatuan kebangsaan atas dasar demokrasi politik, sosial, ekonomi;
3. pembentukan parlemen yang dipilih secara bebas dan umum (Indonesia berparlemen);
4. membentuk solidaritas Indonesia-Belanda untuk menghadapi fasisme;
5. pengangkatan lebih banyak orang-orang Indonesia dalam berbagai jabatan.

Tokoh-tokoh GAPI : Moh, Husni Thamrin, Amir Syarifudin, Abikusno Cokrosuyoso. Untuk mengatur dan meningkatkan aksinya, pada 24 - 25 Desember 1939 GAPI mengadakan pertemuan dan membentuk KRI (Kongres Rakyat Indonesia).

Tujuan KRI : mewujudkan Indonesia Raya
Sasaran utama : Indonesia berparlemen penuh
Selain membentuk KRI, GAPI menyetujui/menetapkan : bendera merah putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia.

Tuntutan GAPI semakin meningkat, setelah Jerman berhasil menguasai belanda yaitu penggantian Volksraad dengan parlemen sejati.
Pemerintahan Belanda dalam menanggapi tuntutan GAPI kemudian membentuk Komisi Visman dengan tugas menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan yang diinginkan rakyat. Pembentukan komisi ini ditolak oleh GAPI, karena dianggap tidak bisa terwujud dengan itu, KRI diubah menjadi MRI.
Meskipun demikian, ternyata tuntutan GAPI tidak disetujui oleh Ratu Belanda, bahkan sesuai dengan keadaan saat itu Pemerintah Belanda menerapkan wajib milisi untuk menghadapi perang.

Transformasi Etnik

Sejak bangsa-bangsa Barat (Eropa) datang di wilayah Indonesia, telah menimbulkan reaksi dari berbagai wilayah yang berbentuk perlawanan-perlawanan kedaerahan. Perlawanan ini disebut perlawanan etnik atau suku. Tujuan perlawanan ini hanya sebatas kebebasan atau kemerdekaan etniknya atau suku bangsanya atau daerahnya masing-masing.

Karena kolonial sangat untuk mudah mengatasi masalah tersebut, dengan menggunakan siasat adu domba antar etnik ataupun golongan.

Perjuangan etnik bukan hanya dilakukan oleh kaum pribumi saja, tapi juga etnik lain atau masyarakat keturunan seperti Cina, India, Arab, bahkan keturunan Belanda melakukan gerakan sejak tahun 1908. Perlawanan-perlawanan etnik tersebut telah berubah bentuk, perlawanan yang bersifat etnik, keturunan dan kedaerahan mulai ditinggalkan dan mengupayakan terwujudnya persatuan dan kesatuan antar etnik. Mulailah bermunculan wadah berupa organisasi yang bersifat nasional.

Sejak saat itu berubah bentuk perlawanan fisik menjadi perlawanan dengan pergerakan nasional. Hal ini diperkuat dengan diwujudkannya “Sumpah Pemuda” 28 Oktober 1928.

Terwujudnya Identitas Nasional

Istilah “Indonesia”
Pada masa pergerakan, nama Indonesia sangat penting atinya bagi perjuangan. Sebab nama Indonesia dijadikan sebagai perekat, pemersatu semua unsur yang ada di masyarakat. Bahkan nama Indonesai sebagai perekat dan lambang pemersatu perjuangan bangsa Indonesia

Kapan istilah Indonesia mulai muncul? Untuk mengetahui jawaban tersebut kita lihat penggunaan istilah Indonesia pada awalnya.
J.R.Logan (seorang pegawai pemerintah Inggris di Penang)
Beliau mengunakan istilah Indonesia tahun 1850 dalam satu artikel di majalah yang ia pimpin.
Istilah Indonesia digunakan untuk menyebut kepulauan dan penduduk nusantara.

Earl G. Widsor
Tahun 1850 menulis istilah Indonesia dalam wilayah milik J.R. Logan untuk masyarakat penduduk Indonesia.

Tokoh lain yang mempopulerkan adalah Adolf Bastian (1884), Van Volenhoven, Snouck Hurgronje.
Kata “Indonesia” Sebagai Identitas Kebangsaan (Nasional)
Sejak munculnya para kaum terpelajar (kaum cendekiawan) yang melakukan perjuangan melalui pergerakan nasional maka kata “Indonesia” mulai akrab terdengar, dan kata (nama) Hindia-Belanda mulai ditinggalkan bahkan para mahasiswa yang belajar di Belanda sendiri mendirikan organisasi yang menggunakan istilah Indonesice (Indonesia).

Bahkan sebutan Indonesia sudah di kuatkan oleh oleh para pemuda melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang berisi :
• Kami putra –putri Indonesia mengaku bertanah tumpah darah satu tanah air Indonesia,
• Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia,
• Kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Akhirnya seluruh unsur atau elemen masyarakat, penduduk ataupun lembaga organisasi sangat bangga menyebut “Indonesia”. Dengan demikian mulailah istilah “Indonesia”sebagai Identitas Nasional.
Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BAHAN AJAR GURU - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger