Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata”  (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi  sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke  dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa definisi stratifikasi  sosial:
a. Pitirim A Sorokin:  Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau  masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat  (hierarki).
b. Max Weber:  Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang  termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber: Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.
Stratifikasi  sosial adalah demensi vertikal dari struktur sosial masyarakat, dalam  artian melihat perbedaan masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada,  apakah berlapis-lapis secara vertical dan apakah pelapisan tersebut  terbuka atau tertutup. 
Soerjono Soekanto  (1981: 133), menyatakan social stratification adalah pembedaan penduduk  atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau system  berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi sosial merupakan konsep  sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyararakat seperti  kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa  masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas atas, kelas  menengah dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu.
Paul B Horton dan Chester L Hunt  ( 1992: 5 ) menyatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan sistem  peringkat status dalam masyarakat. Peringkat memberitahukan kepada kita  adanya demensi vertikal dalam status sosial yang ada dalam masyarakat. 
Paul B Horton  ( 1982 : 4) mengatakan bahwa Dua ribu tahun yang lalu Aristoteles  mengemukakan bahwa penduduk dapat dibagi ke dalam tiga golongan: 
1. Golongan sangat kaya.
2. Golongan sangat miskin.
3. Golongan yang berada diantara mereka.
Menurut  Aristoteles, golongan orang-orang sangat kaya ditempatkan dalam lapisan  atas oleh masyarakat, sedangkan golongan orang-orang melarat atau  sangat miskin ditempatkan dalam lapisan bawah, dan golongan orang-orang  di tengah ditempatkan dalam lapisan masyarakat menengah. Kelas menengah  merupakan kelas yang selama ini membuat kestabilan dalam masyarakat.  Kelas menengah ini memiliki posisi penting dalam rangka menjaga  kestabilan masyarakat. 
Ucapan Aristoteles ini membuktikan bahwa  terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah ada sejak zaman itu  bahkan diduga bahwa zaman sebelumnya telah diakui adanya tingkatan atau  lapisan-lapisan di dalam masyarakat.
Lalu menurut Karl Marx, kelas sosial utama terdiri atas 3 golongan, yaitu:
1. Golongan proletariat.
2. Golongan kapitalis (borjuis).
3. Golongan menengah (borjuis rendah).
Kemudian Thorstein Veblen, membedakan kelas berdasar pada kualitas, yaitu: 
1. Productie class, dan
2. Leisure class (berdasar pada pembagian pekerjaan)
Productive  class adalah pekerjaan yang langsung berhubungan dengan produksi bahan  sehari-hari (pangan, sandang, dll). Lalu Leisure class adalah pekerjaan  dibidang pemerintahan, terhormat, upper class.
Veblen memiliki jalan  pikirannya sendiri yang berbeda dengan ekonom pada zamannya. Veblen  menolak garis pemikiran kalsik dan neo klasik . Veblen membantah teori  klasik yang berpandangan bahwa kaehidupan manusia lebih diatur oleh  hukum alam, dan teori neoklasik yang menyatakan bahwa manusia dalam  kegiatan ekonominya terdorong oleh hasrat untuk mengejar faedah secara  maksimal. Hal ini menurut Veblen manusia direndahkan menjadi manusia  ekonomi belaka (homo economicus) yang terdorong motivasi hidup yang  dikenal dengan hedonisme. Veblen beranggapan bahwa perilaku manusia di  bidang ekonomi dipengaruhi oleh iklim keadaan sekitar dalam zaman  tertentu . Iklim keadaan itulah yang mempengaruhi kompleks cita rasa dan  pikiran , naluri dan nalar, persepsi dan perspektif permasalahan  ekonomi.
Fenomena yang diamati oleh Veblen adalah kaum entrepreneur  kapitalis yang dijuluki sebagai railroad barons yang memiliki  kepentingan dalam industri baja dan pertambangan batu bara. Pengelolaan  dan usaha di serahkan kepada tenaga ahli professional. Fenomena ini  disebut Veblen sebagai absentee ownership. Bersumber dari absentee  ownership tumbuh masyarakat yang disebut leisure class.
Pendapat di  atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi sosial sebagai  gejala yang universal, artinya dalam setiap masyarakat bagaimanapun juga  keberadaanya pasti akan di dapatkan pelapisan sosial tersebut. Apa yang  dikemukakan Aristoteles, Karl Marx, dan Thorstein Veblen adalah salah  satu bukti adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat yang sederhana  sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan  criteria yang sederhana, sekaligus menyatakan bahwa dalam masyarakat  kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa kelas.
Menurut Soerjono  Sokanto ( 1981 : 133) Selama dalam suatu masyatrakat ada sesuatu yang  dihargai dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka  barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menimbulkan adanya  sistem berlapis-lapis yang ada dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang  dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda  yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasan, ilmu  pengetahuan, kesalehan dalam agama atau mungkin juga keturunan dari  keluarga yang terhormat. 
Sehingga menurut saya,  dilihat dari perkembangan zaman dan perkembangan ekonomi dari tahun ke  tahun, pendapat dari Aristoteles lah yang mendekati kebenaran dari  pembagian kelas stratifikasi sosial di masyarakat sekitar kita pada saat  ini. Karena menurut Aristoteles, orang-orang kaya sekali ditempatkan  dalam lapisan atas oleh masyarakat, sedangkan orang-orang melarat  ditempatkan dalam lapisan bawah, dan orang-orang di tengah ditempatkan  dalam lapisan masyarakat menengah.
Terjadinya stratifikasi sosial  dalam masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat  jumlahnya terbatas, akibatnya distribusinya di dalam masyarakat tidaklah  merata. Mereka yang memperoleh banyak menduduki kelas atas dan mereka  yang tidak memperoleh menduduki kelas bawah.

Post a Comment