Tujuan Pendidikan (Kemdiknas): "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan itu, pada periode 2010-2014, Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan visi Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif. Insan Indonesia cerdas komprehensif adalah insan yang cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis. Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan lima misi yang biasa disebut lima (5) K, yaitu; ketersediaan layanan pendidikan; keterjangkauan layanan pendidikan; kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan; kesetaraan memperoleh layanan pendidikan; kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan. Sebagai organisasi yang berkedudukan di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar bertugas menjabarkan visi dan misi Kementerian Pendidikan Nasional di atas, baik saat perumusan dan atau pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pendidikan dasar. Dengan demikian, secara umum tujuan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar adalah Menjamin Terselenggaranya Layanan Pendidikan Dasar untuk Bangsa Indonesia secara Prima.* (Ref: Tujuan) - Baik kan? Tetapi kami di Pendidikan.Network sering bingung oleh karena strategi-strategi yang didorongkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Kita (Kemdiknas). Misalnya Pembelajaran Berbasis-ICT, apakah ini sesuai dengan tujuan pendidikan kita? Bukan Pembelajaran Berbasis-ICT Mengancam Mutu Pendidikan Kita? Maupun Tidak Terjangkau Di Seluruh Indonesia, Kan? Banyak sekolah belum mempunyai cukup komputer untuk mengajar Mata Pelajaran TIK (yang betul penting untuk semua anak kita). Jadi, Bagaiamana Strategi Ini Dapat Menghadapi Mutu Pendidikan maupun Pemerataan Pendidikan Sesuai UU Kita? Apakah ini sesuai dengan "kualitas/mutu dan relevansi" yang dijanjikan? Dengan "Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta - Di Jakarta Saja, 179 Sekolah Tidak Layak Pakai! - Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak, dll","Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008)." (ICW) - Apakah ini sesuai dengan janji "kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan"? "ICW: RSBI Itu Cuma Proyek Pemerintah!" Bagaimana Membuat Sekolah RSBI Menghadapai Masalah Banyak Sekolah Yang Rusak Atau Ambruk? Apakah Membangunkan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Adalah Prioritas Untuk Bangsa Kita? Bagaimana RSBI Dapat Menghadapi Masalah Pemerataan Pendidikan Di Indonesia, Maupun "Pendidikan Bermutu Untuk Semua"? Info lanjut... Bagaimana Mutu Manajemen (dan Pelaksanaan) Pendidikan kita? "Korupsi terjadi di semua tingkatan dari KemDikNas, dinas pendidikan, hingga sekolah" (ICW) "Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya." ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan (2004-2009). Apakah itu Tujuan Pendidikan Kita Yang Salah atau Mutu SDM Di Tingkat Manajemen Pendidikan Kita Yang Salah? Yang kelihatannya seringkali menjadi masalah adalah "artinya, cara melaksanakan dan mencapaikan" tujuan pendidikan kita, kan? Ada Yang Kira Menuju "Budi Pekerti" Adalah Tujuan Pendidikan Kita Yang Baik? Re: "Nilai-nilai budi pekerti antara lain meliputi : adil, amanah, antisipasif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berpikir jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bijaksana, cerdas, cermat, cinta ilmu, dedikasi, demokratis, dinamis, disiplin, efesien, efektif, empati, gigih, giat, hemat, hormat, hati-hati, harmonis, iman, ikhlas, istighfar, inisiatif, inovatif, jujur, kasih sayang, keras kemauan, ksatria, komitmen, konstruktif, konsisten, kooperatif, kreatif, lapang dada, lemah lembut, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, menghargai, menjaga, nalar(logis), optimis, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, percaya diri, produktif, proaktif rajin, ramah, rasa indah, rasa malu, rasional, rela berkorban, rendah hati, sabar, saleh, setia, sopan santun, sportif, susila, syukur, takwa, taat, teguh, tangguh, tanggungjawab, tawakal, tegar, tegas, tekun, tenggang rasa, terbuka, tertib, terampil, tekun, tobat, ulet, unggul, wawasan luas, wirausaha, yakin." Ref: "Pendidikan Berwawasan Budi Pekerti" Oleh : Dedi Suherman, Guru SDN Jati 1 Batujajar Bandung Barat Informasi ini dari Pak Dedi dapat sangat membantu kita mengarah ke tujuan pendidikan yang berarti. Seperti banyak bahasa yang sudah umum di Indonesia, kalau kita mencari definisi atau informasi lanjut itu seringkali sulit, bukan main. Misalnya, "budi pekerti" saya sudah lama anggap adalah sesuatu yang sangat penting dalam konsep dan tujuan pendidikan yang sesuai dengan kebudayaan di Indonesia. Kayaknya Bukan Hanya Pendidikan Network Yang Bingung Tentang Tujuan Pendidikan Kita Baru kemarin saya ikut salah satu rombongan guru yang ingin melaksanakan pelatihan untuk guru-guru di banyak wilayah di Indonesia. Karena tujuan mereka, menurut saya, adalah kurang jelas saya tanya banyak guru (anggota) apa tujuan pendidikan menurut mereka. Jawaban-nya sangat konsistan "Mencerdaskan Bangsa". Ya masuk akal, saya kira di semua negara tujuan pendidikan adalah begitu kira-kira. Tetapi yang sangat aneh, waktu saya tanya apa artinya cerdas, naaa... mereka bingung.... Maupun tidak ada yang dapat menjawab dengan jelas, dan kayaknya banyak yang kurang berani coba menjawab. Bagaimana mereka sebagai guru dapat mengajar kalau tujuan mereka sendiri "Mencerdaskan Bangsa" adalah kurang jelas, apalagi melatih guru-guru lain? - Saya ikut bingung :-) Kalau akar dan tujuan pendidikan kita tidak jelas, bagaimana kita dapat mengembangkan pendidikan bermutu di negara kita? Jelas sampai sekarang yang diutamakan adalah hafalan... Kalau anak dapat ingat yang diajarkan oleh guru anak itu disebutkan cerdas, atau dinilaikan dalam ujian yang berbasis-hafalan - di nilaikan cerdas. Kasihan anak-anak maupun bangsa kita, karena faktor-faktor seperti anda sebut di atas yang sangat penting "budi pekerti" yang kebanyakan berbasis-perilaku, yang bukan sesuatu yang dapat dinilkaikan dalam ujian berbasis-hafalan, tidak dihargai atau dinilaikan secara efektif. Apalagi isu yang terpenting di negara kita sekarang "kreativitas". Kalau kita ingin menuju bangsa yang cerdas, pasti kemampuan untuk mengkritik, menganalisa, sintesis, inovasi, kreativitas, dllllll juga sangat penting untuk anak-anak kita. Di negara maju faktor-faktor begini dianggap penting dari pendidikan tingkat SD, mengapa tidak dianggap penting di sini? Kami tertarik dengan informasi dari Pak Dedi. Kami baru membuat situs Metodologi.Com dan sedang (It's a big job :-) mengisi dengan info yang terkait metodologi yang penting untuk mencerdaskan bangsa, tetapi yang sangat penting juga adalah itu sesuai isu-isu "budi pekerti" yang dapat sangat mengkaitkan metodologi modern dengan kebudayaan kita. Mohon sampaikan definisi anda untuk anak cerdas ke saya ya :-) Terus terang kami kaget bahwa domain Metodologi.Com belum digunakan kemarin. Mengapa ya? Padahal, Tujuan Pendidikan Yang Jelas, dan Metodologi Yang Efektif adalah faktor-faktor yang paling penting kalau kita menuju Pendidikan Bermutu maupun Guru Bermutu. source:tujuanpendidikan.com |
Post a Comment