Muncul dan Saling Bergantinya Pemerintah Kolonial.



Awal terbentuknya kolonialisme dan imperalisme di Nusantara berkaitan denga terjadinya perubahan plitik dan ekonomi di Eropa dan Asia Barat pada pertengahan abad ke 15.
Salah satunya adalah Verenidge Oost-Indische Compagnie (VOC) yang didirikan tahun 1602 merupakan organisasi para pedagang Hindia Belanda yang berusaha menguasai Nusantara. Sejak tahun 1605, VOC berhasil memaksakan monopoli perdagangan di beberapa daerah di Nusantara. Akan tetapi, pada penghujung abad ke 18, VOC mengalami krisis dana. Ini tidak dapat memberi keuntungan pada negara, bahkan untuk menggaji pegawainya sendiri, VOC malah kewalahan. Permasalahan diperparah dengan masalah korupsi oleh pegawainya.
Ketika VOC mengalami krisis dana, di Benua Eropa sedang berlangsung Perang Koalisi (tahun 1792-1797), Perancis dibawah pimpinan Napoleon Bonaparte dapat mengalahkan Austria, Prusia, Inggris, Spanyol, Sardinia, dan Belanda. Setelah itu, Belanda diambil alih oleh Perancis. Bentuk pemerintahan kerajaan pun diubah ke dalam bentuk Republik dengan nama Bataafsche Republiek (Republik Bataaf yang kemudian membubarkan VOC tanggal 31 Desember 1799.
Tahun 1806, Republik Bataaf dihapus dan diganti Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda) dipegang Louis Napoleon . lantas mengangkat Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal di Hindia Belanda mulai tahun 1808. Tugas utamanya adalah mempertahankan Pulau Jawadari serangan Inggris. Hal ini disebabkan beberapa daerah bekas kekuasaan VOC, seperti pantai barat Sumatra, Ambon dan Banda telah diduduki Inggris.
Daendels memerintah dengan tangan besi. Ia dijuluki Tuan Besar Guntur atau Jenderal Mas Galak. Akhirnya kekejamannya sampai ke telinga Belanda dan Deandels dicopot kedudukannya oleh Louis Napoleon. Dan penggantinya adalah Jenderal Janssens.
Masa pemerintahannya, Ia menghadapi kesulitan memulihkan pertahanan yang belum stabil, Hal ini ditambah lagi adanya kabar bahwa Inggris akan menyerang Pulau Jawa. Menghadapi kesulitan itu, Ia segera mengumumkan bahwa negara dalam bahaya. Tanggal 3 Agustus 1811, Angkatan Laut Inggris dibawah pimpinan Lord Minto benar benar muncul di Batavia. Secara tegas, Lord Minto meminta kepada Janssens agar menyerahkan Pulau Jawa kepada pihak Inggris. Namun, Janssens menolak mentah mentah permintaan itu. Peperangan tak terelekkan lagi. Di pertempuran itu, Inggris tidak mendapat perlawanan berarti karena Janssens yang lemah dan kurang cakap dan akhirnya Janssens menyerah di Tuntang (Salatiga) tanggal 17 September 1811.
Dalam Perjanjian Tuntang, antara lain disebutkan bahwa Pulau Jawa diserahkan kepada Inggris. Lord Minto selaku Gubernur East India Company (EIC) yang berkedudukan di India menugaskan Thomas Stamford Raffles untuk menjadi penguasa baru di wilayah bekas Hindia Belanda. Ketika Raffles mulai berkuasa, di Eropa terjadi perubahan politik. Dalam Perang Koalisi yang terakhir (1813-1814) prancis menderita kekalahan dari Inggris dan sekutunya. Sebagai dampaknya, Raffles dipulangkan. Tahun 1814, Inggris menyelenggarakan perundingan dengan Belanda di London. Dalam pertemuan itu, ditanda tangani Perjanjian London (Convensi London) yang memutuskan Belanda akan menerima kembali tanah jajahannya yang dahulu direbut Perancis. Penyerahan wilayah Hindia Belanda dari Inggris kepada Belanda berlangsung di Batavia tanggal 19 Agustus 1816. Inggris John Fendall dan Belanda diwakili Mr. Elout, Van Der Capellen dan Buyskes. Sejak pristiwa itu, berakhirlah penjajahan Inggris di wilayah Hindia Belanda yang berlangsung tahun 1811-1816.
Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BAHAN AJAR GURU - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger